Kamis, 23 Juni 2011

Karkas Domba


KARKAS DOMBA

Oleh    : MOH. TAUFIK HIDAYAT

1. Pendahuluan

Karkas adalah bagian tubuh yang telah mengalami proses pemotongan tanpa kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari carpus dan tarsus, kulit, darah dan organ dalam (hati, saluran pencernaan, jantung, saluran reproduksi, paru-paru, limpa kecuali ginjal) (Berg dan Butterfield, 1976). 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karkas dan komponennya adalah genetik, lingkungan, makanan, dan kemampuannya beradaptasi.  Makanan merupakan faktor yang penting diperhatikan untuk memperoleh bobot karkas yang tinggi dari seekor ternak.  Ternak membutuhkan makanan sejak dalam kandungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi foetus dan dilahirkan, kemudian tumbuh  menjadi  dewasa .  Tillman, dkk. (1991) menyatakan bahwa bentuk grafik pertumbuhan ternak ditentukan oleh jumlah makanannya.  Bila jumlah makanan yang dikonsumsi tinggi, maka pertumbuhan akan cepat bagi ternak untuk mencapai bobot badan yang diharapkan serta bobot karkas yang maksimal sesuai dengan potensi genetiknya (Sitorus dan Subandriyo, 1982).

Jumlah makanan dan mutu makanan yang baik tidak dapat merubah tubuh ternak secara genetis bertubuh kecil, tetapi pemberian makanan dalam jumlah yang rendah tidak akan mampu memberikan pertambahan bobot badan dan pertumbuhan karkas secara optimal sesuai dengan potensi genetik yang ada pada masing-masing ternak seperti kecepatan tumbuh, persentase karkas yang tinggi, hanya mungkin dapat terealisasi apabila ternak tersebut dapat memperoleh makanan yang cukup (Rismaniah, dkk., 1989).
Karkas dapat dibagi dalam bentuk recahan karkas (yeld grade) atau potongan karkas.  Potongan komponen karkas berbeda-beda dari satu tempat ketempat lain sesuai dengan sistem pemotongan untuk dijual dan kebiasaan masyarakat dalam memilih depot perdagingan pada karkas.  Namun setiap spesies mempunyai potongan komponen karkas tersendiri.  Potongan komponen karkas pada sapi ditetapkan atas Round, Rump, Loin, Ribs, Chuck, Shank, Flank, Plate dan Brisket (Salim, 1988). Lebih lanjut dijelaskan bahwa potongan komponen karkas pada babi yaitu Ham, Loin, Boston, Butt, Ribs, Picnic dan Jowl, sedangkan potongan komponen karkas domba dibagi menjadi delapan bagian yaitu  Leg (paha), Loin (lemusir), Rack (punggung-rusuk), Neck (leher), Middle neck (tengkuk) dan Shank (kaki) (Gerrad dan Mallion, 1977 dalam Salim, 1988). 

Salim (1988) membagi karkas domba menjadi dua bagian besar yaitu Fore-saddle (bagian depan) yang meliputi Neck (leher), Shoulder (bahu), Shank (kaki depan), Breaste (dada) dan Hind-saddle (bagian belakang) yang meliputi Ribs (rusuk), Loin dan Leg (paha). Batas-batas potongan karkas tersebut menurut Forrest, dkk., (1975) dalam Triatmodjo dan Suryanto (1990) ialah sebagai berikut; leher bagian depan mulai dari tulang Vertebrae carvicalis ke-1 dan bagian belakang Vertebrae carvicalis ke-7, bahu mulai dari Vertebrae carvicalis ke-7 sampai dengan pertengahan Costae ke-5 dan ke-6, kaki depan dipotong mulai dari persendian antara Humerus dan Radius-ulna sampai Carpus, dada dipotong dari Stearnum lurus kebelakang hingga proyeksi dari Vertebrae lumbalis ke-6, rusuk dipotong mulai dari pertengahan Costae ke-5 dan ke-6 sampai dengan Costae ke-12, Loin bagian depan dibatasi oleh Costae ke-13 dan bagian belakang oleh Vertebrae lumbalis ke-8 sampai Tarsus.

Besarnya bobot komponen karkas dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan, berat potong dan perlakuan pakan.  Menurut Gaili dan Mahgoub (1983) bahwa berat Shoulder dan Neck domba jantan lebih tinggi dari pada betina sedangkan bagian karkas lainnya tidak berbeda.

Makanan sangat berpengaruh terhadap komponen karkas.  Penelitian Palsson dan Verges, (1952) dalam Salim (1988) pada ruminansia kecil diperoleh bahwa makanan yang bernilai gizi rendah berpengaruh terhadap proporsi bagian ekor, leher, Lemusir, Pelvis, bahu, dada dan paha.  Pengaruh yang paling besar bagi makanan yang bernilai gizi rendah adalah menurunkan bobot pada bagian dada, Lemusir dan Pelvis.

Ruminansia kecil lebih cenderung untuk menghasilkan perlemakan. Perletakan lemak lebih banyak dijumpai pada pangkal ekor dan tungging (rump) lalu menyebar sepanjang punggung sampai ke leher dilanjutkan ke sekeliling karkas dan berakhir pada bagian kaki (Gerrad dan Mallon, 1977 dalam Salim, 1988).  Menurut Owen, dkk. (1978) dalam Salim (1988) bahwa kecepatan pertumbuhan urat daging pada berbagai lokasi berbeda.  proporsi urat daging yang tinggi ada pada potongan paha, menyusul pada potongan bahu, sedangkan potongan dada dan lemusir memiliki proporsi urat daging yang lebih kecil.

2. Karkas Domba

2.1 Domba

Domba adalah mamalia yang termasuk pertama kali di jinakkan dan dijadikan sebagai hewan ternakan oleh manusia. Literatur mnyebutkan bahwa mula diternakkan pertama kali sektar 9000 – 11000 tahun yang lalu di Mesopotamia.
Deskripsi
  1. Domba adalah ruminansia kecil, bulunya biasanya berkerut, dan mempunyai tanduk yang berbentuk spiral lateral dan tanduk ini ditemukan pada jantan maupun betina.
  2. Umumnya mereka mempunyai ekor yang masih merupakan cirri dari nenek moyang mereka. Tapi domba yang diternakkan ada juga yang tidak mempunyai ekor.
  3. Warnanya mulai putih,coklat,coklat muda dan belang belang.
  4. Berat domba jantan umumnya 45-160 kg. Domba dewasa memiliki 32 buah gigi. Tidak bertaring
  5. Domba memiliki pendengaran yang baik dan peka terhadap kebisingan.
  6. Domba memiliki pandangan yang baik, bidang pandangan nya adalah antara 270 – 320 derajat.
  7. Domba tidak suka akan daerah gelap. Umumnya mereka akan meilih berada pada daerah yang terang daripada gelap.
  8. Memiliki indera penciuman yang baik karena memiliki kelenjar penciuman tepat di depan mata
  9. adalah jenis hewan herbivore.
  10. aktifitas makan mereka adalah dari fajar sampai senja
  11. Domba adalah binatang social, naluri mereka untuk berkelompok sangat kuat
  12. Pemimpin kelompok adalah jantan yg paling tua atau betina
  13. Masa kehamilan/bunting selama 5 bulan, biasanya proses  melahirkan memakan waktu sekitar 3 jam.
Klasifikasi Domba

2.2 Bagian-bagian Karkas dan Cara Pemotongan


Cara Pemotongan :
  1. Karkas kambing/domba diperoleh dengan cara memotong kepala diantara tulang occipital dengan tulang tengkuk pertama. Kaki depan dipotong diantara karpus dan metacarpus, kaki belakang dipotong diantara tarsus dan meta tarsus
  2. Karkas paruh depan dan paruh belakang diperoleh dengan memotong/membelah karkas kambing/domba diantara tulang rusuk ke 12 dan 13
  3. Karkas paruh kiri dan kanan diperoleh dengan membelah membelah/memotong karkas kambing/domba sepanjang tulang belakang dan sternum.
  4. Daging prosot (side) adalah merupakan daging karkas paruh kiri atau kanan yang diperoleh dengan memisahkan semua tulang, tulang rawan, legamentum nuchae dan limfonodus.
  5. Has (tenderloin) diperoleh dengan jalan memotong yang dilakukakan pada tulang pelvis, selanjutnya dipisahkan dari tulang illium dengan cara menarik otot tersebut. Lapisan lemak atas dan bawah dibersihkan, bagian lemak antara musculus illiacus dan musculus psoasmajor dipertahankan.
  6. Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank.
  7. Leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paruh belakang dengan loin atara lumbo sacral terakhir dan flank.
  8. Shoulder diperoleh dengan cara memotong karkas bagian depan diantara rusuk ke 5 atau 6
  9. Rack merupakan potongan yang diperoleh dari potongan bagian depan antara rusuk ke 5 atau 6 dengan rusuk ke 12 atau 13.
  10. Breast merupakan potongan yang diperoleh dari pertautan rusuk pertama dan sternum ke belakang hingga rusuk ke 11.
  11. Fore shank merupakan potongan yang diperoleh dengan memisahkan pankal humerus denagn karkas bagian depan.
  12. Flank merupakan potongan yang diperoleh dari rusuk ke 11 hingga mencapai Inglinguinalis
Bagian-bagian Karkas Domba

Gambar 1: Bagaian-bagian Karkas Domba


  1. Neck adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian leher mulai dari Vertebrae cervicalis ke-1 sampai Vertebrae cervicalis ke-7
  2. Shoulder adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian bahu mulai dari Vertebrae cervicalis ke-7 sampai pertengahan Costae ke-5 dan ke-6
  3. Ribs adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian rusuk mulai dari pertengahan Costae ke-5 dan ke-6 sampai Costae ke-12-13 berbatasan dengan Breast.
  4. Loin adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian pinggang mulai darai Costae ke-13 sampai Vertebrae lumbalis ke-8
  5. Leg adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian paha mulai dari Vertebrae ke-9 sampai sendi Patella
  6. Flank adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian sisi mulai dari proyeksi ujung Costae ke-13 yang ditarik lurus dari ujung dada dan berbatasan dengan pangkal paha).
  7. Breast adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian dada (bagian Stearnum lurus ke belakang hingga proyeksi dari Vertebrae lumbalis ke-6).
  8. Shank adalah komponen karkas yang terdapat pada bagian lengan (bagian persendian antara Humerus dan Radius ulna sampai carpus).



2.3 Manfaat Tiap Bagian Karkas

Daging domba diolah sedemikian rupa sehingga dapat tersaji menjadi masakan lezat mengundang selera. Tiap bagian memiliki spesifikasi tersendiri untuk diolah menjadi masakan tertentu.

Dari informasi yang penulis dapat, tiap karkas digolongkan menjadi beberapa grade dan menentukan kualitas dengan harga yang berbeda. Penggolongan grade juga ditentukan persyaratan SNI .01-3948-1995 untuk Standar Daging Domba Kambing di Indonesia.

Distilasi Bertingkat

“DISTILASI BERTINGKAT”
Oleh                : MOH. TAUFIK HIDAYAT
NIM                : H. 16. 09. 0020
Mata Kuliah   : SATOP II (semester IV)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilata (disingkat aquades). Proses distilasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
  1. Distilasi Bertingkat
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui proses distilasi ataupun distilasi bertingkat. Distilasi menggunakan prinsip bahwa hanya cairan yang dapat menguap sedangkan zat padat yang terlarut tidak dapat menguap. Distillasi bertingkat memanfaatkan perbedaan titik uap antara zat-zat cair dalam campuran yang saling melarutkan. Adapun pemisahan dua zat cair yang tidak saling melarutkan dapat dilakukan dengan menggunakan corong pisah.
Distilasi bertingkat merupakan teknik atau proses pemisahan campuran berupa cairan yang bertujuan untuk memproses lebih dari 1 jenis komponen. Untuk tujuan ini, cairan yang menguap dilewatkan melalui kolom – kolom perangkap uap. Komponen yang lebih mudah menguap (bertitik didih rendah) cenderung mengembun (terperangkap) di kolom lebih atas dan komponen yang sukar menguap (bertitik didih tinggi) cenderung mengendap di kolom lebih bawah. Teknik ini diterapkan, misalnya untuk pemurnian minyak bumi
Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat.Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses destilasi berulang.Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional.Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan.Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak dalam kondensat.
Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air (lihat gambar di bawah),titik didih alkohol adalah 78*C dan titik didih air adalah 100*C.Campuran
tersebut dicampurkan dalam labu didih.Pada suhu sekitar 78*C alkohol mulai mendidih tetapi sebagian air juga ikut menguap.Oleh karena alkohol lebih mudah menguap,kadar alkohol dalam uap lebih tinggi daripada kadar alkohol dalam campuran semula.Ketika mencapai kolom fraksionasi,uap mengembun dan memanaskan kolom tersebut.Setelah suhu kolom mencapai 78*C,alkohol tak lagi mengembun sehingga uap yang mengandung lebih banyak alkohol naik ke kolom di atasnya,sedangkan sebagian air turun ke dalam labu didih.Proses seperti itu berulang beberapa kali (bergantung pada banyaknya plat dalam kolom),sehingga akhirnya diperoleh alkohol yang lebih murni.Contoh lain dari Destilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi,yaitu memisahkan gas,bensin,minyak tanah, dan sebagainya dari minyak mentah.


Macam-Macam Distilasi :
1. Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan dis.sederhana, hanya
dis.bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat
memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.
5. Distilasi vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
 Alur  Proses Distilasi
Gambar 3. Ilustrasi proses distilasi bertingkat pada sampel campuran dua komponen atau lebih atau yang mengandung zat pengotor
Distilasi Bertingkat: Jika suatu kolom fraksinasi digunakan dalam perangkat distilasi), maka pemisahan senyawa-senyawa yang memiliki titk didih berdekatan dapat dipisahkan dengan baik. Kolom fraksinasi biasanya diisi dengan material berposri yang menyediakan luas permukaan yang lebih besar untuk proses kondensasi berulang. Pengembunan uap bertitik didih lebih tinggi melepaskan kalor yang menyebabkan penguapan zat cair bertitik didih lebih rendah pada kolom, sehingga komponen bertitik didih rendah ini bergerak ke atas menuju kolom, sementara komponen bertitik didih tinggi bergerak ke bawah ke arah kondensor, walaupun sebagian kecil ada yang kembali turun ke dalam labu distilasi. Setiap proses siklus pengembunan/penguapan menghasilkan fasa uap akan lebih kaya dengan fraksi uap komponen yang lebihvol at i l e.
Contoh: campuran 60:40 sikloheksana (t.d. 81oC) dan toluen (t.d. 110 oC). Campuran ini akan mendidih pada 88oC menghasilkan uap di atas campuran yang mendidih terdiri dari campuran sikloheksana – toluen = 83:17. Proses kondensasi berulang pada kolom fraksinasi menghasilkan fasa uap dengan komposisi 95:5 sikloheksana : toluen. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 4. Kurva di bawah menunjukkan komposisi fasa cair dan kurva di atas menunjukkan komposisi fasa uap. Proses pengembunan ditandai dengan garis horizontal yang menghubungkan kedua kurva.
Setiap pengulangan siklus pengembunan dan penguapan akan menghasilkan sikloheksana yang lebih murni. Setiap siklus ini disebut pelat teoritis. Kolom fraksinasi yang biasa digunakan di laboratorium organik memiliki 3 – 5 pelat teoritis.
Gambar 4. Kurva Distilasi Uap/Cair antara Suhu – Komposisi untuk campuran sikloheksana-toluen
Kurva Distilasi: Jika proses distilasi sederhana dan bertingkat dialurkan dalam satu grafik (menggunakan pembacaan suhu terkoreksi), maka akan terlihat fenomena seperti pada Gambar 5. Kurva ini memberikan informasi efisiensi pemisahan komponen suatu campuran. Kelebihan distilasi bertingkat daripada distilasi sederhana dapat dilihat pada datarnya kurva yang berarti titik didih lebih akurat dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik didih fraksi tiap komponen.
Azeotrop: Tidak semua campuran zat cair mengikuti hukum Raoult. Contoh: etanol dan air, disebabkan adanya interaksi antarmolekul, membentuk sistem azeotrop. Campuran 95,5% etanol dan 4,5% air mendidih di bawah titik didih etanol murni, sehingga etanol 100% tak dapat dibuat secara distilasi biasa. Suatu campuran zat cair dengan komposisi tertentu yang mengalami distilasi pada suhu konstan tanpa adanya perubahan dalam komposisinya disebut azeotrop.
Kalibrasi termometer:Mengkalibrasi titik nol termometer, dilakukan dengan cara mencelupkan termometer pada campuran air-es yang diaduk homogen, sedangkan untuk titik skala 100 termometer dilakukan sebagai berikut: isikan kedalam tabung reaksi besar 10 mL aquades, masukkan sedikit batu didih. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai mendidih. Posisikan termometer pada uap diatas permukaan air yang mendidih tersebut. Untuk menentukan titik didih yang sebenarnya dari air, harus diperiksa tekanan barometer.

Pengolahan Kelapa Sawit

1. Pendahuluan
          Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape seed dan bunga matahari. Gambaran tentang pangsa produksi dan konsumsi minyak nabati dunia dapat diikuti pada Tabel berikut ini.
Tabel  1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
No.
Uraian
1993-1997
1998-2001
2003-2007
2007-2012
I.

1.
2.
3.
4.
5.
Total Produksi (ribu ton)
Pangsa (%)
M. sawit dan m. inti sawit
Minyak kedelai
Minyak rape seed
Minyak kelapa
Minyak lainnya *
70.778
 
24,7
25,1
14,3
4,2
          31,7
83.680
 
27,8
23,8
14,3
3,7
30,4
95.624
 
30,1
23,4
13,1
3,8
29,6
108.512
 
30,8
23,2
14,3
3,8
27,9
II.

1.
2.
3.
4.
5.
Total Konsumsi (ribu ton)
Pangsa (%)
Minyak kedelai
Minyak sawit (CPO)
Minyak rape seed
Minyak bunga matahari
Lainnya (15 jenis)
90.501
 
19,7
17,0
11,1
9,2
43,0
104.281
 
19,3
19,2
11,3
9,2
41,0
118.061
 
18,9
21,4
11,5
9,2
39,0
132.234
 
19,0
22,5
11,7
9,1
37,7
*) Minyak kapas, m. kacang tanah, m. bunga matahari, m. sesame, m. jagung, m. olive, m. jarak, dan m. rape seed
Sumber :  Diolah dari Oil World 

            Dari Tabel 1 terlihat bahwa mulai periode 1998-2001 produksi minyak nabati dunia lebih kecil dari konsumsi minyak nabati dunia sehingga diperkirakan harga minyak nabati akan meningkat. Jika ditinjau untuk masing-masing komoditas diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi  yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis minyak nabati, yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan rape seed. Namun demikian mulai periode 2003-2007 pangsa konsumsi minyak kelapa sawit  mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak rape seed. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020.
            Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup  kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena: ( a) Produktivitas per-hektar cukup tinggi; (b) Merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat; dan  (c) Ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A.
 Persaingan dalam perdagangan minyak kelapa sawit (CPO) sebenarnya hanya terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Nigeria sebagai produsen nomor tiga lebih banyak mengalokasikan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Malaysia yang merupakan produsen dan eksportir terbesar akhir-akhir ini berusaha secara konsisten mengolah minyak sawitnya sehingga volume ekspornya dalam bentuk minyak sawit (CPO) diperkirakan akan mulai tertahan. Keterbatasan lahan yang sesuai serta tingginya upah, juga akan menahan perluasan areal di Malaysia sehingga akan memperlambat laju ekspor. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir terbesar ke dua mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspornya. Indonesia dikenal sebagai negara paling efisien dalam memproduksi minyak sawit sehingga CPO Indonesia sangat kompetitif di pasar internasional. Dengan ketersediaan lahannya yang relatif luas, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan produksi sehingga memacu pertumbuhan ekspor. Namun demikian, karena tingkat konsumsi dalam negeri masih meningkat pesat, laju peningkatan ekspor tampaknya juga akan terhambat.

Selain  sebagai sumber minyak makan, produk turunan kelapa sawit  ternyata masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:
  1. Produk turunan CPO. Produk  turunan CPO  selain minyak makan  dapat dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats,  Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang  untuk menggunakan renewable energy.
  2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk  turunan  minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
  3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk  turunan  minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan  Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.
Dari gambaran tersebut dapat  disampaikan bahwa prospek kelapa sawit masih sangat luas, tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak makan, tetapi juga untuk kebutuhan produk-produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit dan turunannya agar lebih mempunyai daya saing, keterpaduan penanganan sejak dari kegiatan perencanaan, kegiatan on-farm, off-farm, dukungan sarana dan prasaran  serta jasa-jasa penunjangnya sangat diperlukan.
1. Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain dapat dihasilkan Minyak makan margarin, mentega, Vanaspati (sayuran ghee), Es krim, roti Lemak, Mie instans, Sabun dan Detergent, Kakao Mentega Ekstender, Coklat dan Pelapisan, Spesial Lemak Nabati, kering Sabun Campuran, Gula penganan, Biskuit Lemak Cream, Dipenuhi Susu, Pelumas, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan Produk Suami beberapa PADA years mendatang akan semakin meningkat, terutama Artikel Baru diterapkannya kebijaksanaan di beberapa Negara eropa dan Jepang untuk menggunakan energi terbarukan.
2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari Produk turunan Minyak Inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Mentega Pengganti, Khusus Lemak, Ice Cream, Coffee pemutih / Cream, Sugar penganan, Biscuit Cream Lemak, Dipenuhi Mild, tiruan Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari Produk turunan Minyak kelapa sawit KESAWAN Bentuk oleokimia dapat dihasilkan Methyl Ester, Plastik, Tekstil Processing, Metal Processing, Pelumas, emulsifier, Detergent, gliserin, Kosmetik, Bahan Peledak, Farmasi Makanan dan Produk Pelapis pelindung